Monday, June 20, 2011

Mencegah Anak Kecanduan TV & Game

Sekarang ini TV sudah menjadi bagian dari kehidupan seorang anak. Menonton TV mendapatkan porsi besar dalam jadwal keseharian anak. Sebagai gambaran, survei mengenai kehidupan anak yang berjudul Kid’s World- The Future Market pada tahun 2001 di enam kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan Makasar, menunjukkan bahwa sejak bayi anak-anak sudah mengenal TV. Begitu usia mereka menginjak satu tahun, sejumlah 92 % dari mereka telah terbiasa menonton TV. Pada saat usia 4 sampai 14 tahun, 100% telah menjadi penikmat TV yang setia. Sebuah penelitian lain menunjukkan bahwa anak menghabiskan rata-rata 30-35 jam seminggu untuk menonton TV.
Masalah anak terlalu sering menonton TV merupakan masalah klasik orangtua. Banyak orangtua mengeluh bahwa anak-anak mereka kecanduan TV. Jika masih cuma kecanduan, itu belum seberapa. Sebagian anak bahkan sampai meniru-niru adegan TV yang penuh kekerasan dan berbahaya. Ada anak yang melompat dari ketinggian untuk belajar terbang, ada yang suka memaki, bahkan ada yang sampai memukuli anak yang lain. Alasannya, “Meniru yang di TV”
Penelitian membuktikan bahwa menonton televisi memiliki dampak negatif bagi anak-anak, meskipun tentu saja ada dampak positifnya. Salah satu dampak negatifnya adalah meningkatkan agresivitas anak. Anak-anak yang menonton TV memiliki tingkat agresivitas lebih tinggi. Ini tentu tidak lepas dari banyaknya tayangan kekerasan dan agresivitas di TV. Berikut beberapa akibat negatif dari kegiatan menonton TV lainnya:
• Akibat dalam jangka lama dan terus menerus hanya dipengaruhi dua stimulus saja, yakni suara dan gambar, maka kemampuan anak berkonsentrasi sangat pendek. Anak-anak hanya sanggup berkonsentrasi antara 2 sampai 7 menit. Mereka jadi kesulitan dalam belajar yang ujung-ujungnya menimbulkan kemalasan belajar.
• Akibat terus menerus di depan TV maka aktivitas fisik anak berkurang. Mereka menjadi kurang terampil. Lebih buruk lagi, mereka menjadi kekurangan waktu untuk bermain, bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman-temannya. Akibatnya keterampilan emosi dan sosial anak tidak berkembang.
• Seorang anak beranjak remaja yang menonton TV kira-kira sebanyak 15.000 jam, diperkirakan telah menyaksikan setidaknya 18.000 adegan pembunuhan dan 24.000 adegan kekerasan lainnya. Akibatnya, agresivitas dan kekerasan anak meningkat drastis. Anak-anak jaman sekarang menjadi lebih agresif dan lebih mungkin melakukan tindak kekerasan.
Saat ini, gim komputer menjadi sumber kecanduan anak yang lain. Anak betah berjam-jam, bahkan seharian di depan layar monitor untuk bermain gim. Ini tentu buruk buat anak. Bukan saja akan merusak kesehatan mereka, tapi lebih penting mereka jadi kehilangan kesempatan untuk bergaul dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Padahal berteman dan bermain bersama teman membekali anak keterampilan hidup bermasyarakat. Kebanyakan bermain gim juga membatasi ragam jenis permainan anak sehingga keterampilan anak tidak sepenuhnya berkembang.
Apa yang bisa dilakukan?
• Jika Anda sendiri gemar menonton TV, maka anak pun sudah sewajarnya meniru Anda. Usahakan sedikit mungkin menonton TV ketika anak Anda masih terjaga. Dan jangan menonton TV ketika anak Anda belajar.
• Ketat dengan jam tidur.
• Jangan jadikan TV sebagai alat penenang anak Anda. Biasanya orangtua menjadikan TV sebagai alat untuk membuat tenang anak, “Sudah duduk diam. Nonton TV saja”
• Temani anak Anda ketika dia diberi kesempatan menonton TV.
• Batasi waktu anak Anda bermain game. Sebaiknya putuskan bersama anak berapa lama waktu yang diperbolehkan, tapi sebaiknya maksimal 2 jam sehari. Tidak ada toleransi perpanjangan waktu untuk itu.

sumber: web psychology

No comments:

Post a Comment